Owsom!

cover1

“Kamu tahu,” kata Burhan siang itu. Dia sedang duduk di bawah pohon kapas yang berada tak jauh dari ladang. Di sebelahnya duduk Rustam, sahabat dekatnya yang sudah dikenalnya sejak dari kecil. Mereka baru saja beristirahat setelah hampir 3 jam lamanya menggarap ladang, duduk santai di bawah pohon kapas, menikmati tembakau dan kopi. Siang itu memang panas. Lebih panas dari biasanya. Matahari sedang bersinar terik-teriknya. Untunglah sesekali angin sepoi berhembus pelan. “Sepanjang hidupku, ada dua hal yang bisa meruntuhkan pertahananku. Yang pertama adalah kedatangan dan yang kedua adalah kepergian.”

Burhan menyeruput kopinya pelan. “Dan saat ini pertahananku sedang terusik. Oleh sebuah kepergian,” sambungnya. Rustam hanya diam. Matanya memandang jauh, menembus pepohonan yang berada di sisi seberang ladang. Sesungguhnya dia tidak terlalu paham apa yang sedang dibicarakan oleh sahabatnya itu.
“Siapa yang pergi?” Tanya Rustam akhirnya.
Burhan menghisap tembakaunya pelan-pelan. “Seorang teman. Saya biasa memanggilnya Mas Hamid.”
“Aku tak pernah tahu jika kamu memiliki teman bernama Hamid.”
“Aku pun sebenarnya tak terlalu mengenal beliau. Kami berkenalan sekitar dua tahun yang lalu melalui media sosial. Aku bahkan belum sempat sekalipun bertemu dengannya hingga saat ini. Tapi entah mengapa, aku merasa sudah sangat dekat dengan orang ini. Mungkin ini hanya perasaanku saja. Tapi sepertinya tidak. Dia ini orang baik dan aku yakin siapa pun yang mengenalnya pasti akan langsung merasa menjadi temannya.”
“Lalu? Dia pergi? Ke mana?”
“Ke tempat di mana kita semua akan pergi pada akhirnya nanti.”
Rustam terdiam.
“Lalu, apa yang akan kamu lakukan sekarang?”
“Sepertinya aku ingin membuat sesuatu. Semacam kenang-kenangan untuk beliau.”
“Membuat sesuatu? Kamu bisa apa?”
Burhan mengeluarkan laptop berukuran kecil dari tasnya. Rustam kaget.
“Lho, sejak kapan kamu punya laptop?”
Burhan tidak menjawab pertanyaan Rustam. “Kita bikin mixtape saja,” katanya kemudian. “Kumpulan lagu-lagu yang bisa didengarkan saya, kamu, dan semua orang yang mengenal serta dikenal oleh beliau.”
Burhan menyalakan laptop. Rustam memperhatikan setiap gerak-gerik sahabatnya.
“Kita cari 14 lagu. Lalu kita kumpulkan jadi satu.”
“Kenapa 14?” Tanya Rustam.
“Tidak ada alasan khusus.”
“Ada tema spesifik?”
“Tidak ada. Atau mungkin begini. Bila sahabatmu pergi, kira-kira lagu apa yang ingin kamu dengarkan atau lagu apa yang kira-kira ingin kamu kirimkan untuk sahabatmu.”
“Hmmm…”
“Yang pertama terlintas di benakmu saja.”
“The Police?”
“Ah, Every Breath You Take. Pilihan bagus. Lalu?”
“Nina Simone yang Feeling Good.”
“Kenapa?”
“Entahlah. Beberapa minggu belakangan aku sedang menyukai lagu ini. Potongan lirik ‘you know how I feel’ semacam menyiratkan tentang dua orang yang sudah benar-benar saling terhubung hingga tak perlu lagi berkata-kata.”
“Oke. Masuk,” kata Burhan seraya menghisap rokoknya. “Aku ingin memasukkan Seluruh Lampu Kunyalakan. Dengar-dengar Mas Hamid menyukai lagu ini. Oya, aku juga akan menambahkan Lisa Ono yang Rasa Sayange. Kabarnya, beliau suka bossa nova.”
“Tambahkan lagu-lagu bertema persahabatan.”
“Seperti?”
“Salamku Sahabat-nya Kla Project dan Sebuah Kisah Klasik-nya Sheila on 7.”
“Ide bagus!”
“Mas Hamid itu seperti apa orangnya?”
“Yang aku tahu, dia sepertinya jadi inspirasi bagi banyak orang. Senang mengobrol dan memberi wejangan tanpa terkesan menggurui.”
“Kalau begitu, masukkan Petuah Bijak-nya Dewa 19.”
“Wah. Iya. Anggap saja lagu ini dari Mas Hamid buat teman-temannya. ‘terangkan hari, tegakkan langkahmu’…”
“Apa lagi?”
“Sinikini yang Dan Senyumlah. Sama Hidup Itu Indah versi Sore.”
“Alasannya?”
“Dan Senyumlah semacam pesan dari Mas Hamid agar kita semua mengikhlaskan kepergiannya, melepas dengan senyuman. Karena Mas Hamid ini sepertinya suka tersenyum, bahkan ketika sedang ‘dikerjain’ sama Yang di Atas. Bahwa Hidup Ini Indah dengan segala konsekuensinya.”
“Oke. Lanjut.”
“Indra Lesmana yang Aku Ingin sepertinya harus masuk ke daftar. Juga Mocca yang Lucky Man.”
“Karena Mas Hamid ini pria yang beruntung?”
“Betul sekali. Beliau beruntung punya banyak teman yang menyayangi beliau. Aku Ingin, karena beliau selalu pengen ngobrol. Sama siapa saja. Dan banyak lagi keinginan-keinginan beliau yang sepertinya terkesan ‘remeh’. Tapi bukankah begitulah kehidupan? Tentang memiliki keinginan. Apa pun itu.”
“Masukkan Motley Crue yang Home Sweet Home. Dan Dialog Dini Hari yang Ku Kan Pulang.”
“Tema kepulangan. Bagus, Rustam. Bagus.”
“Sudah berapa?”
“13. Masih kurang satu lagu lagi.”
“The Smashing Pumpkins yang Farewell and Goodnight saja kalau begitu. Jadikan lagu penutup.”
“Ya…”
“Album mixtape ini dikasih judul?”
“Ya. Judulnya ‘Owsom’. Salah satu ungkapan yang sering digunakan oleh Mas Hamid.”
Rustam bangkit dari duduknya, menyalakan rokok, lalu mengambil cangkulnya. “Ayo kerja lagi,” ajaknya.
Burhan berdiri, tersenyum, lalu mengenakan kaos oblong yang sedari tadi bertengger di bahunya. Keduanya lalu berjalan ke arah ladang sembari mengobrol. Angin berhembus perlahan, menerbangkan beberapa gumpalan serat kapas. Burhan melihat gumpalan-gumpalan putih itu dengan mata berkaca-kaca. “Selamat jalan, Mas Hamid. Terima kasih untuk semua obrolan yang pernah tercipta selama ini,” gumamnya perlahan.

FIN

cover2Silakan download mixtape ini di sini

Tagged

8 thoughts on “Owsom!

  1. irfanhanafi says:

    sudala burhan.. 😥

  2. […] Tulisan yang kedua adalah milik seseorang yang aku kagumi akibat tingkat random-nya yang akut namun tetap menghibur dan retweet–able. Semalam ia berbincang dengan seseorang tentang rencananya membuat semacam mixtape sebagai sebuah tribute untuk @hmd. Aku kira itu hanya bercanda, ternyata ia serius. Melalui dialog imajiner antara Burhan dan Rustam, @dony_iswara meramu gambaran tentang sosok seorang @hmd dalam hidupnya, dengan apik. […]

  3. selamat jalan mas hmd 🙂

  4. Bilabar says:

    Reblogged this on Abid Bilabar and commented:
    #RIPHMD

  5. […] Tulisan yang kedua adalah milik seseorang yang aku kagumi akibat tingkat random-nya yang akut namun tetap menghibur dan retweet–able. Semalam ia berbincang dengan seseorang tentang rencananya membuat semacam mixtape sebagai sebuah tribute untuk @hmd. Aku kira itu hanya bercanda, ternyata ia serius. Melalui dialog imajiner antara Burhan dan Rustam, @dony_iswara meramu gambaran tentang sosok seorang @hmd dalam hidupnya, dengan apik. […]

Leave a reply to Malu Itu Sederhana | TravellersID Cancel reply